“Kisah Bagaimana Mengatasi Segala Kemungkinan: Bangkit Untuk Bertarung Kembali” bisa ditambahkan sebagai sub judul, maka cukup jelas kiranya itu meringkaskan isi kisah pengalaman yang dialami dan dibagikan oleh karateka asal Jepang aliran Kyokushin.
Bagi praktisi karate beraliran fullcontact di Indonesia, tentu saja cukup tahu betapa kerasnya seni beladiri yg didirikan oleh Sosai Oyama. Bagi praktisi karate fullcontact dan umumnya seni beladiri atau martial arts, mendapat luka fatal adalah salah satu ketakutan terbesar, dan apalagi bila kehilangan kemampuan fisik untuk mempraktikkan apa yang dicintai itu.
Yoshiaki Kikuhara adalah seorang praktisi aliran Karate Kyokushin yang berprestasi lebih dari 20 tahun, memenangkan semua divisi Jepang dan mendapat medali di pelbagai turnamen dunia.
Naas, tak bisa ditolak, sebuah kecelakaan dalam latihan mematahkan leher dan melukai saraf sumsum tulang belakang yang membuatnya lumpuh parah. Bukan saat latihan karate, justru saat latihan martial art lainnya, dalam mana dia dibanting partnernya tanpa menduganya samasekali, dan jatuh ke lantai yang menyebabkan 3 dari 7 tulang lehernya patah.
Dokter mengatakan kepadanya bahwa dia mungkin tidak akan pernah bisa berjalan lagi. Ini membuat Yoshi kaget dan mulai merenungkan diri dalam situasi aktualnya yang menyedihkan.
Setelah menjalani operasi, pada awalnya tak bisa berdiri, yang membuatnya berusaha segala cara, dan baru dua tiga minggu kemudian bisa berdiri walau hanya 5-6 detik saja.
Menyadari situasi fisik ini, Yoshi makin berjuang keras untuk menjalankan rehabilitasi medis ini hingga bisa mulai berjalan lagi. Tapi impian terbesarnya adalah latihan martial arts seperti yg dia tahu dan sudah jalani. Apalagi masa rehabilitasi medis terasa sangat membosankan baginya.
Maka dia mulai mengevaluasi rehabilitasi medis ini dari perspektif diri sendiri sebagai praktisi martial arts. Dan Yoshi kemudian lebih memilih latihan cara itu, karena hal itulah yg dia kenali daripada rehabilitasi medis yang di bawah kontrol ketat oleh dokter. Tentu saja Yoshi mulai berlatih seturut caranya sendiri dengan menyembunyikan latihan ini dari dokternya yang dia tahu pasti akan melarang.
Dengan penuh tekad Yoshi meminta pelatihnya untuk menetapkan target tertinggi yg mesti dicapainya selama latihan. Pada awalnya dia tak bisa menendang dan memukul. Memang lumpuh. Namun dia tetap berusaha, dan perlahan secara bertahap dia mulai mengalami kemajuan dalam latihan. Dan ini diyakininya muncul dari pengaturan pikiran untuk tidak pernah menyerah.

Yoshi bersaksi bahwa pikiran bisa mengatasi apa saja. “Motivasi dan semangat itu sangat penting, bukan hanya bagi martial artis, tapi juga bagi semua orang yg mengalami kesulitan.”
Ungkapan Yoshi ini kiranya pas dengan pepatah bijak ‘Pain can give you clarity’. Menghadapi dan mengatasi kesulitan dan kepedihan adalah cara terbaik untuk mempelajari dari apa hatimu terbuat, dan menjalaninya tanpa mencari-cari alasan dan tanpa berhenti bagaimana membangun semangat dan kekuatan karakter.
Dengan cara itu, penderitaan oleh sebab apapun bisa memberi kejelasan bahwa itulah bagian dari kenyataan hidup yang harus dihadapi, mesti mampu mengalami serta mengatasinya dan bertumbuh menjadi pribadi yang kuat berkarakter. Hasilnya tidak sia-sia, malah justru membawa kita naik kelas dalam kehidupan yang nyata.
Kepribadian yang kuat berkarakter dalam seni bela diri karate itu memang tidak sekedar penampilan fisik, kekuatan dan kelenturan otot serta teknik bertarung yang mumpuni. “Saya adalah manusia yg kuat karena saya seorang juara karateka. Kecelakaan ini membuat saya bisa memahami perasaan orang-orang dengan pelbagai kesulitan mereka.”
Ada pepatah bijak, ‘Saat-saat sulit menerangi apa yg benar-benar penting.’ Sungguh, kesulitan Yoshi telah membantunya memahami empati kemanusiaan, khususnya kepada mereka yang mengalami halangan dan kesusahan hidup, sebagaimana yang sudah dia terima dari sesamanya.
Yoshi mengenali harta kartun yang sangat berharga dalam kehidupannya, yakni cinta yang tulus ikhlas. “Saya belajar memahami cinta tanpa syarat dari keluarga dan teman-teman. Kecelakaan ini membuat saya tak bisa bergerak, dan orangtua dan teman-teman justru yang membantu saya yg tak berdaya ini. Karena itu saya sangat menghargai mereka.”
Kisah Yoshi ini sungguh benar dan baik serta berguna untuk semua orang, baik yang mengalami kesulitan dan mereka yang terus berusaha keluar dari kesulitan, bahkan untuk siapa saja khususnya mereka yang mencari harta karun yang berharga dalam kehidupan.
Memang benar bahwa impian Yoshi berikutnya adalah masuk ring sebagai seorang petarung lagi. Ya, Yoshi kini bercita-cita kembali sebagai seorang kompetitor, tapi jelas hanya untuk memulihkan dirinya kembali sebagai seorang kompetitor dalam ajang kejuaraan.
Akan tetapi yg terpenting sudah ditemukannya, dan yang membahagiakan bagi Yoshi sehingga mensharingkan pengalamannya ini tak lain adalah untuk memotivasi dan menginspirasi orang-orang khususnya mereka yang kesulitan.
Karena dari sisi umur, Yoshi bukan muda lagi untuk ukuran petarung di ring profesional seni bela diri, apalagi aliran fullcontact kyokushin. Dia sendiri sudah berumur 44 tahun, dan sebagai pekerja profesional dalam industri keuangan, yang pada saat bersamaan sambil sebagai praktisi karate aliran fullcontact yang sdh dijalaninya selama 20 tahun.
Kalau Yoshi mengatakan niatnya untuk bertarung lagi, itu sebangun dan searah dengan semangatnya untuk mengatasi segala kemungkinan dan terus bangkit karena hidup mesti berjalan terus.
Yang pasti semua ada batasnya, tapi hidup itu sendiri mesti menang dan dimenangkan. “Never give up, mind over matter.” Tegas Yoshi di akhir videonya yang dipublikasikan 22 Januari 2021.
Publikasi ini hampir bertepatan dengan publikasi buku Shihan JB Sujoto, Suara Shihan: Inspirasi dan Motivasi, diterbitkan oleh Pohon Cahaya, Yogyakarta, 25 Januari 2021. Pas hari kelahiran ke-70 sang penulis sendiri yg adalah pendiri Shinkyokushin Karate Indonesia, yg juga adalah hari ulang tahun berdirinya ke-39 sejak diangkat resmi oleh Sosai Masutatsu Oyama sebagai Branch Chief di Indonesia.
Kesaksian Yoshi ini dipublikasikan lewat Channel YouTube dengan judul Karate Champion Learning to Fight Again After Spinal Cord Injuiry. Berikut keterangan tertulis penerbit video YouTube ini, Lawrence Kenshin Striking Breakdowns, di dalam unggahannya:
“Ini adalah kisah menghadapi kesulitan dengan tekad yang besar dan semangat yang tak terpatahkan, dan keberanian untuk memulai kembali dari awal lagi. Yoshi mewujudkan apa itu seniman bela diri – kegigihan untuk menantang rasa takut dan memadamkannya. Kerendahan hati untuk mengakui kelemahan dan menerima bantuan. Ketekunan yang teguh untuk mengejar mimpi, sambil tetap pragmatis. Yoshi adalah salah satu manusia terkuat dan paling menginspirasi yang saya kenal.”
Adakah orang Indonesia yang mengenal Yoshi secara dekat? Sensei Budiman Sutanto sebagai ketua umum WKO Shinkyokushinkai Indonesia mungkin kenal karena dialah yg pertama mengirim video kesaksian Yoshi ini ke grup. Yang pasti, Sp Keni Kumata, anggota grup Pengda DKI Jakarta berkomentar: “Wow saya baru tahu Kikuhara san seperti itu.. OSU. Saya latihan bersama di dojo Meguro. OSU.”
Latihan bersama dan kenal saja ternyata belum tentu tahu cerita kisah bermakna Kikuhara-san ya. Kita berterimakasih kepada pembuat video ini yang telah memungkinkan kesaksian nara sumber sendiri sampai kepada kita juga.
Pemaknaan tim penerbit atas deskripsi kisah Yoshi ini sangat mendalam, yang bisa memperkaya pemahaman kita pada apa yg Sosai Oyama selalu tegaskan bahwa karate Kyokushin adalah Budo. Tanpa budo, maka Kyokushin hanyalah olahraga pertunjukan biasa saja.
Karena itu, Shinkyokushinkai berdiri dengan mengambil alih visi dan misi bapa pendiri itu dengan semangat pembaruan dan pemurnian (kembali ke asali/benar) sebagai terungkap dari nama ‘Shin’ (baru) dan logo bernama ‘Kokoro Kimaweru’ atau ‘Master Our Mind’ yang mengungkap dan menegaskan kekuatan pikiran, keterampilan dan kekuatan fisik untuk mencapai the strongest budo karate in the whole world demi berkontribusi pada perdamaian dunia dengan tiga misi utama: pendidikan kaum muda, komunikasi antar bangsa-bangsa, dan kontribusi sosial.
Terimakasih, Kikuhara-San atas sharing kehidupan sebagai penyintas kecelakaan di jalan seni bela diri. Walau kita tak saling kenal, tapi semangat mengenali diri dan sesama dalam segala keberadaan dan nilai hakikinya, dalam gema simpati dan empati kemanusiaan, tersembul dari cinta tanpa syarat, warisan berharga bagi damai dan kemaslahatan umat manusia di seluruh dunia. 🙏
OSU,
Sp. Stefi Rengkuan
Sekjen WKOSI