Dua hal membuat kita jauh dari perasaan bahagia dan membuat tidak bisa move on. Pertama selalu hidup pada masa lalu dan kedua selalu memperhatikan urusan orang lain sehingga habis perhatiannya pada hal-hal yang
tidak produktif .
Masa lalu hanya dipetik sebagai pelajaran dan pengalaman untuk menghadapi masa kini. Bukan menuntut selalu harus seperti masa lalu dan mengabaikan perkembangan situasi dan kondisi masa sekarang.
Cobalah melihat perubahan zaman dan coba memahaminya serta mengikuti perubahan, perubahan yang seharusnya kita sesuaikan. Tentu sudah dipertimbangkan dan direnungkan lebih mendalam dan bukan asal asalan.
Coba bayangkan zaman Sosai masih hidup hingga saat ini yang mempunyai rentang waktu hampir 100 tahun (lahir 1923), tentu banyak keadaan yang perlu disesuaikan dengan zaman milenial. Yang terlalu monoton mungkin akan membosankan, jadi perlu diupayakan agar lebih bervariasi dalam memberikan latihan baik kondisi maupun situasi
yang lebih lain. Sedikit kelonggaran mungkin perlu dibiarkan demi bertujuan untuk menguji kemajuan yang didapat selama ini dan sekaligus menumbuhkan kematengan dalam beladiri.
Namun demikian prinsip – prinsip budo karate tetap dipelihara agar kehandalannya tetap dapat diharapkan dalam mengimprovisasi segala bentuk teknik yang dikuasai. Tanpa memiliki daya tahan yang digembleng melalui budo karate, baik pernapasannya maupun kekuatan phisik dan tentu saja dengan semangat mental yang tinggi, segala
bentuk teknik akan sia sia belaka.
Berlatihlah secara menyeluruh, jangan mementingkan sepotong-sepotong kalau mau menguasai Shinkyokushin budo karate. Semoga tetap dapat menumbuhkan kebahagiaan dalam kehidupannya .
Hal kedua yang membuat kita tidak bisa menikmati saat ini adalah terlalu usil mengurusi urusan orang lain. Semua urusan yang dilihat tidak seperti keinginannya, langsung dipersoalkan, dikritik dan bahkan dibenci atau dimusuhi.
Tanpa kita sadar bahwa sikap kita tersebut telah membuat sebagian hati kita menjadi tidak bahagia karena tersedot oleh kekurang senangan kita terhadap sesuatu yang ingin kita urusi.
Sesungguhnya kita cukup memberikan pandangan kita yang kita anggap baik tanpa harus menuntut seseorang menuruti omongan kita. Kalau dia menerima kemudian menjadi lebih baik, kita bersyukur. Kalau ternyata omongan kita tidak dihirau karena memiliki pandangan yang berbeda, tidak perlu merasa tidak senang hati, lebih baik belajar memahami pribadi orang tersebut .
Belajarlah menerima perbedaan maka kamu akan menemukan kedamaian, hidup berdampingan dengan tujuan yang sama .
J. B. Sujoto
Ketua Dewan Guru
President WKO Asia