Kelemahan yang suka menghinggapi seseorang adalah ketika kamu mulai merasa diri yang paling benar serta merasa lebih baik dari yang lain. Ini merupakan virus yang sangat berbahaya yang akan menyebabkan orang menjadi terhempas dan menemukan fakta bahwa sesungguhnya dirinya masih kosong. Peribahasa : “Tong kosong nyaring bunyinya “ tepat untuk menggambarkan tingkah laku ini. Sementara orang yang sudah banyak mengalami maju mundurnya didalam mengolah perkembangan karate ini serta tahu betapa sulitnya didalam memperjuangkan untuk kelangsungan hidup perguruan, lebih banyak memilih diam dan terus berkarya . “Bagaikan padi, semakin masak semakin merunduk.” Makna dari ungkapan ini adalah untuk menunjukkan, bahwa manusia tidak layak bersikap angkuh dengan kemampuan atau jasa yang dimilikinya .
Apabila melihat tingkah seseorang yang merasa sudah banyak berjasa dan merasa memiliki kelebihan dari yang lain, kemudian mulai menganggap tidak ada yang perlu disegani lagi sehingga boleh bertingkah semaunya untuk mengekspresikan isi hatinya tanpa tata krama, maka orang ini sedang menderita sakit waham kebesaran. Tidak ada yang menganggap dia hebat kecuali dirinya sendiri. Sikap ini jauh dari sikap budo karate yang ingin ditanamkan oleh Sosai Mas Oyama. Sekali lagi sering seringlah mengulangi baca dan menghayati ke-7 buah nilai nilai bushido yang sudah disampaikan berulang kali supaya tidak terjerumus kedalam pola sikap yang tercela ini.
Perguruan ini mengemban tugas untuk melanjutkan tradisi budo karate yang diajarkan Sosai Mas Oyama dan tidak ingin dirusak atau dipermalukan oleh para pengikut Shinkyokushinkai Indonesia. Kalau ingin bertindak bebas dan sembrono tanpa terikat dengan kode etik budo karate, sebaiknya bergabung dengan kelompok lain yang mengijinkan untuk bersikap demikian.
Shinkyokushinkai Indonesia terletak dipundak orang orang yang masih tahu diri dan dapat menjaga diri.
J. B. Sujoto
KetuaDewan Guru
President WKO Asia